CERPEN PAGI, KU TULIS BERSAMA MATAHARI
Oleh Rini Febriyani
Sapu tangan menganga di depan headset yang bersorak terpaku
Kertas bertumpuk menggeliat dan berjatuhan menjunjung koin-koin yang tertinggal berserakan.
Sekotak diam dan hidup menghitam dan berbaring sepi,
Al-quran tertutup, berjilid tak pernah di baca berselimut dosa-dosa yng mengkotori gambar yang suci
Bantal masih saja berbaring bersamaku lusuh, bau dan kaku.
Hanya nyanyian hp dan laptop yang menyapa pagi.
Matahari hari ini sakit,
Film yang ku tonton berlubang dan meninggalkan jejak yang tak sepi di bajuku.
Kerutan-kerutan berbaikan di sana,
Hangat melupakan kemarahan kemudian jalan terpecah mencekik pintu berdetak. Darah yang mengajakku, setan bergerumul di lidahku.
Sakit ku berterik meronta ronta bergerumul kembali dan terjatuh .
“Potong lidahku saja” agar tak ada lagi setan yang membuatku lamban.
Matahari tak mendengarkanku.
Ku muntahkan seluruh isi mulutku.
Berat , kerongkongan ini memanas.
Matahari tersenyum saja,
Setanpun menyakiti tubuhku, lidahku, berjuntai-juntai saling berpegangan menghabisi kebaikan yang masih tersisa di antara ujung-ujung jari yang melengkung.
Gambar-gambar itu bernyanyi bersama matahari, mengucap sumpah yang tak pernah berkhianat kepadaku.
“satu”, satu dan satu.