DURI DI TANAH SUBUR
Oleh I Putu Supartika
Bergelantungan pada nasib
mereka yang mengalirkan hidup di sana
bergantung pada lahan gembur
yang menjadi daerah kehidupannya
dan itu akan membawanya pada kemakmuran
Di saat sawah telah menghampar
wereng datang memboyong pergi sebuah harapan
pupuk hilang dari pandangan
air menghilang di telan bumi
semuanya jadi hilang
Ada kerinduan pada kemakmuran
tapi kini harus jadi sebuah harapan penantian
dan………..
tak terkabulkan
Banyak yang mengharapkan datangnya seorang peri
tapi yang datang seorang raksasi
Bila kita lihat bumi pertiwi
kaya akan segalanya
hutan-hutan yang lebat
air yang mengalir dengan kesejukan
lahan pertanian yang luas
itu kenyataan seharusnya di negri ini
Namun, kita tak bisa untuk menggunakan
hingga banyak yang merana
mereka-mereka hidup di jalanan
pelana-pelana kehidupan yang layak menjauh darinya.
Mengapa ini harus terjadi?
mengapa?
mengapa ini terjadi di negeri tercinta kita yang subur dean gembur?
Bila mereka berteriak atau menangis, kita bisa apa?
selain kita ikut-ikutan jadi mereka
Padahal tangan kaki kita adalah bekal
padahal kita dan mereka bisa bekerjasama
tangan kaki gerakkan untuk kesuburan
tak usah teori saja yang kita telatarkan
kita perlu melakukan sebuah aplikasi riil
Saat kita lihat mereka menangis
kita ikut menangis
apa itu yang harus kita lakukan?
padahal kita insan yang berhati
mestinya kita giring mereka untuk membuat negeri ini bahagia
Negeri ini adalah tanah
adalah tanah yang subur
kita injak
kita banguni gedung-gedung bertingkat
tambah pelebaran jalan
berapa hektar kita sia-siakan?
berapa penghasilan yang mungkin kita dapat bila itu kita olah?
Pohon-pohon besar kita tebang
mereka ikut-ikutan menebang
lalu………………………………………………………..!
hutan-hutan telah menipis
dan air hilang
hingga negeri ini kepanasan dan kekeringan
Apa kita mesti berdoa saja pada Tuhan agar air tumbuh menjadi aliran yang menyejukkan?
agar rasa haus terobati?
mestinya kita harus berpikir ke depan
lihat da resapi
apa yang akan terjadi nanti?
Bila semua begini
kesuburan akan kemana perginya?
mungkinkah beton-beton yang kokoh yang kita pandangi setiap hari bisa kita makan?
atau,
kita akan kenyang lihat kendaraan yang saling menyapa?
Mungkin lama-lama kita akan mati
kalau ini mengakar di negri kita
Apa?
dan apa yang bisa dikata?
selain kita menunggu kematian datang
karena semua yang kita harapkan telah menjadi duri dalam daging