Membaca Buku Puisi Oleh Andri Pleun Wahyudi

MEMBACA BUKU PUISI
Oleh Andri Pleun Wahyudi

Diteras dingin ini, kita menemukan kehangatan
dimana tak mampu lagi angin jahat itu
seenaknya membuat lembar-lembar obrolan ini hambar
merasuk diantara ruas, menelusuk kedalam sendi-sendi kata
yang dengan kejamnya meninggalkan tebal pegal dan sebaris linu
rasa nyeri pada tiap pesan yang hendak kau sampaikan
hingga tanpa saling menyalahkan, kita berdua masuk kamar
masing-masing menggigil dibalik selimut kebekuan kita

Kehangatan ini begitu diam
bukan berarti tiap arti kata yang kau ujar tanpa canda
panjang lebar kau ungkap makna tiap bait, pun selalu penuh tawa
lembut mengalir arus kalimat dengan datar
tanpa berapi-api kau suluhi makna dijalan cerita

Terkadang kau junun menyimak
bila aku dan senyumku sekali lagi mengulas renyah bibirmu
bibir yang basah oleh deras maksud
penuh guratan alur makna dari banyak peristiwa
sekedar meyakinkan suasana, bahwa kesepahaman ini mafhum adanya

Karena segala gaya, daya dan upaya mu mengolah kata
selama ini cuma menjadi leher kaku dipucat malam
berkali-kali dipelintir berupa rindu atau pertemuan diujung gang
hingga masih banyak suara-suara terdengar serak
memanggil para kekasih yang jauh tersesat

Ya, diteras dingin ini kita menemukan kehangatan
suam saja, tanpa ada rasa ingin memiliki atau dimiliki
saling menjaga, dimana daun diam dan lampu yang pijar
pertanda angin jahat itu pergi
: sungguh harmoni


Ciputat, Awal 2013