Sepotong Episode Perjalananku

SEPOTONG EPISODE PERJALANANKU
Oleh Rindang Susanto,S.Pd.I

1 Agustus adalah hari bersejarah bagi diriku
hari penuh kesedihan, rasa haru berbalut luka
di saat teman-temanku asyik membuka lembaran catatan perkuliahan
namun aku justru sibuk dengan pekerjaan yang belum jua kudapatkan
di saat teman-temanku asyik berbicara di atas pena
namun aku menari di bawah tinta air mata

Dalam hatiku berkata ?
bulan ini aku tak kan melanjutkan kuliah sampai tahun depan
Aku tak punya uang untuk membayar SPP
Aku pantang meminta pada ke dua orang tuaku
Aku kerap kali membuat mereka susah, payah, berlinang air mata
Ibuku jatuh sakit bulan ini
sakit yang dideritanya bermacam-macam
mulai dari ringan sampai berat memilukan
bahkan dokter mengatakan ibuku harus dioperasi
Aku tak tega dengan keadaan ibuku
bagaimana mungkin aku meminta padanya
sementara ia menahan air mata duka
Ayahku hanya seorang wiraswasta belaka
dengan gaji tidak seberapa
belum lagi ia harus menanggung sekolah adikku
yang sampai kini belum jua kunjung mendapat ijazah

Dalam hatiku berkata ?
biarlah aku membanting tulang
bekerja dari pagi hingga petang
walau harus bersimbah darah, berpeluh keringat,
berlinang air mata Aku tak peduli
bagaimana pun aku harus bangkit
mencari mahisah demi sebuah cita-cita
bahuku terasa berat laksana memikul beban setinggi gunung
Mataku mulai berkunang-kunang
otot persendianku terasa lemas tiada berisi
kepalaku terasa pusing bagai tertimpa sebuah bongkahan batu

Terbesit dalam hatiku ?
betapa sulit mencari pekerjaan halal dan barokah
dari satu tempat sudah kutapaki
sudut ke sudut telah ku jelajahi
namun nasib baik belum berpihak pada diri
Tidak, tidak !
Aku tidak boleh berputus asa dari rahmatNya
karena ia Maha gagah, Maha penggenggam rizki hamba-hambaNya
Ia tiada mungkin membiarkan hambaNya merengek di depan pintuNya
melainkan ia akan segera kabulkan itu semua

Memang benar ternyata....
hidup ini laksana mengarungi samudra dunia
yang luas membentang
Aku meski kuat dan tegar
setegar karang di lautan
tetap bertahan walau dihantam ombak menghadang,
diterpa badai ganas menantang
Aku tak boleh tertendang
Aku harus maju menjadi seorang pemenang

Detik demi detik berlalu, hari berganti hari
Alhamdulillah, Allah ’Azza Wajalla mendengarkan doaku
Aku diterima sebagai pegawai swasta di perpustakaan
nama sekolah itu adalah MTs Guppi
sekolahnya sederhana namun tak lekang oleh suasana agama
Kepala sekolah bijaksana
Guru-guru berwibawa nan berakhlakul karimah
Karyawan bersahaja
dan siswa-siswa yang ramah tamah
semakin membuatku betah di sana

Di sekolah ini aku belajar
belajar menjadi penyabar
walau tak mudah
Aku dididik untuk memasang wajah penuh ceria
senyum tulus terpatri serta sikap yang jauh dari iri dengki
tatkala melayani siswa- siswi yang meminjam buku

Di sini aku belajar
belajar tentang arti sebuah kedisiplinan
bagaimana bisa bangun lebih awal, pagi-pagi tiba di sekolah
dan pulang pun harus setia hingga siswa - siswi pulang dari sekolah
Di sini aku belajar dari pengalaman
pengalaman yang tiada mungkin luput dari benankku
senantiasa menari di bola mata-mataku
membiaskan warna-warni kehidupan dunia
merah, kuning, biru
sungguh pengalaman luar biasa

Aku belajar darinya
teman yang tiada pernah membohongiku
senantiasa menemaniku di sela-sela rutinitas aktivitasku
menyentuhnya membuat halus jari jemari
akrab dengannya memperindah budi pekerti
ialah kawan di saat aku kesepian
ialah guru di kala aku kebingungan
ialah kekasih di tengah aku kegundahan
ialah mutiara penyejuk jiwaku yang kering kerontang
Jauh dari ketenangan
karena dia aku memperloleh segudang pengetahuan

Aku belajar darinya
Guru-guru kehidupan
yang telah membimbingku arti sebuah perjuangan
membangunkanku dari tidur panjang
meneguhkanku saat diri ini lemah tiada daya
Jatuh, putus asa, malas, alpa, terlena, terpuruk berkepanjangan
Ia menyibak hikmah dalam setiap episode perjalanan

Buah Karya : Rindang Susanto,S.Pd.I Alumni IAIN Fakultas Tarbiyah
Jurusan PAI Tahun 2006