Raut - Resah - Luka Oleh Lidwina Sherley

RAUT - RESAH - LUKA
Oleh Lidwina Sherley

Kali ini aku sangat-amat merindukanmu, sayang.
Udara bergantian satu-persatu membuatku mengingat semua aksara manismu.
Hatiku hampir limbung, sepekat ini kah ingatan yang pernah kamu buat.
Mungkin ini yang dimaksud sedikit tapi lama.
Sedikit waktu yang kita punya, lama waktu yang bisa membuat aku benar melupakanmu.
Tidak ada sedetikpun yang aku lewatkan hanya untuk berharap kalau saja kau punya waktu untuk hanya sekedar menyapaku.

Aku bahkan masih bisa merasakan kecap-kecupmu lembut yang seakan masih melekat erat-pekat di bibirku.
Jiwa ini selalu terbang terbawa dengan semua angan yang aku ciptakan sendiri, denganmu.
Aku bukan menunggumu, hanya saja kau terlalu lama membuat air mukaku ini berubah warna, biru.
Raut-resahku menunggumu di pintu rumah kita.
Tapi tidak dengan luka. Hanya saja aku menunggu dengan binaran harapan dimataku.
Dan menyakinkan diri sendiri sesekali waktu untuk tetap menunggu dengan waktu.
Tetap dengan segala bentuk akumulasi yang menjadi satu antara Amarah-Canda-Kebahagiaan-
dan kesabaran.