KURINDU SERPIHAN JEJAK ITU
Oleh Antoni Hutasoit
Masih Ingatkah engkau, kasih. Jejak cinta yang terukir di lorong-lorong masa silam?
Ingatkah, saat kita menginjakkan kaki di kota Jogja.
Kita menapaki setiap jalan, yang mengular di sepanjang Malioboro.
Menyusuri setiap lorongnya, dan tak pernah merasa lelah.
Hanya tawa mendekap, juga canda.
Di alun-alun kota, kita bercengkrama. Diantara desiran angin malam, dan senyuman rembulan.
Di bawah tatapan puluhan pasangan muda-mudi, yang mungkin iri melihat kemesraan kita. Tapi kita acuh.
Malam itu jiwa kita berkata, “ Ya, inilah kami, dua jiwa yang akan hidup selamanya…”
Ingatkah pula engkau kasih, saat jejak cinta kita terdampar di pulau Dewata? Pulau yang begitu engkau puja? Aku ingat.
Dan demi masa silam, biarlah jejak itu ku ceritakan kembali,…untukmu…
Saat itu, aku dan kamu tiba di bibir pantai kuta. Kita mempermainkan ombak. Berkejaran, menyisir tepian pantai. Seperti bocah yang mendapatkan mainan baru. Di wajahmu ada keriangan, kegembiraan, juga cinta.
Ah, andai kau tahu, ingin kuulangi masa itu.
Pagi hilang, berganti senja. Dalam diam, kita duduk bersila di sisi pantai.
Menanti sang mentari tenggelam. Hingga akhirnya, di ujung lautan, kita melihat senja memerah. Ia begitu menawan. Dan sejak saat itu, aku mencintai setiap senja yang datang….!
Ah, andai kau tahu. Betapa ingin kuulangi masa-masa itu.
Jejak cinta itu…jejak cinta yang kita torehkan di bingkai keabadian… Jejak yang kini tinggal serpihan kenangan..!