Seuntai Doa Untuk Yang Telah Tiada

SEUNTAI DOA UNTUK YANG TELAH TIADA
(Semoga cinta kasihnya adalah jalan menuju surga)
Oleh Tintin Nurwilasari

Guru...
Rasanya baru kemarin aku masih sempat melihatmu tersenyum meski penuh dengan rasa sakit.
Dan engkau masih mampu membuatku mengerti tentang bagaimana caranya hidup penuh kesederhanaan dan membimbingku sampai aku tahu makna hidup jika tanpa agama.
Meski aku bukan bagian dari anakmu yang engkau banggakan. Maafkan aku.

Guru...
Sekarang kau telah pergi dan tangis ini tak membuat engkau kembali lagi untuk memberiku kesempatan merangkulmu lagi saat engkau mulai rapuh dan tak berdaya.
Padahal sebelum aku mengenalmu, katanya engkau begitu tegak saat berdiri dan tak pernah rapuh.

Namun perjumpaan itu membuatku tak percaya.
Ku lihat kau bagai rumah kehilangan pondasinya.
Bagai pohon kehilangan rantingnya dan bagai laut tanpa buihnya.
Dan kini kau telah roboh karena badai, angin yang begitu kejam menyambarmu, namun sesungguhnya masih penuh misteri dan tanda tanya.
Siapakah dia yang telah merobohkanmu? Hingga badai dan angin menjadi perumpama.
Kenapa kau pergi sebelum mengatakannya kepadaku?

Tuhan, apakah doa ini tak cukup untuk menyelamatkannya dari badai itu?
Jejak langkahku tiada berarti tanpa doanya dan tanpa hembusan nafasnya.
Dia pun bukanlah hamba yang tidak pernah tak menerima nasib yang harus dia jalani. Sendiri.
Tuhan, lihatlah putra-putrinya yang masih merindukan raut wajahnya? Keluarga yang sangat kehilangannya dan aku yang masih butuh kata-kata penyemangat itu.
Namun dia telah pergi, Tuhan. Atau kah ini keadilan-Mu?
Semoga doa ini dapat mengubur dosaku yang telah ikut bersamanya menghadap Yang kuasa.

Guru...
Rasanya tak ada lagi yang harus aku ucap atas kehilanganmu ini selain kata Waalaikum salam.
Padahal aku, disepanjang hidupku masih ingin mengucap Assalamualaikum.
Masuk ke rumahmu dan mencium tanganmu.
Tapi kini aku sadar harapanku tak selamanya sama dengan rencana Tuhan
Hanya tinggal doa yang masih bisa ku titipkan lewat jalan yang tak ada awal dan tak ada akhir.
Tuhan Maha Kuasa dan Maha Mengkhendaki.
Semoga ini menjadi teman untuk kehidupanmu yang indah di alam barzah.

Guru...
Meski kau telah pergi, cintamu akan selau mengalir bersama darahku yang masih memberiku hidup di alam yang sementara ini.
Senyumku akan selalu aku ingat sebagai senyum yang aku yakin itu adalah senyum surga yang telah Tuhan titipkan kepadamu. Bukan seperti senyumku, yang untukku saja menuai banyak luka.

Guru...
Maafkan aku yang selama ini teramat menyayangimu meskipun engkau tak tahu.
Terima kasih atas segala cinta, kasih sayang yang telah memberi penerang dalam gelapnya hatiku.
Semoga doa ini menjadi prasasti bagi kedamaian hidupmu.
Tuhan, tempatkan dia dalam istana surga-Mu. Terindah dan termegah. Amin.

Aku yang masih belajar untuk sabar seperti dirimu.
Tintin Nurwilasari