KABAR PAGI HARI
Oleh Munjiyah Dirga Ghazali
Apa kabar hari ini burung yang berkicau mesra
Apa kabar hari ini suara ayam kokok yang sedari tadi beranjak dari kandangnya
Adakah sesuap nasi pagi ini?
Di kota- kota besar ada ayam goreng dan nasi serta lauk yang modern siap disantap
Adakah tawa di pagi ini yang masih mengendap semalam
Kala hujan meghapus lapar mereka dalam gerimis
Membiarkan tertidur tanpa ada sesuap nasi meraung-raung bahagia dalam perut
Adakah tangis kebahagiaan dari Sang Bunda melihat anaknya rajin bersekolah
Adakah senyum tawa tukang becak yang kutemui pagi ini
Membawa segelas botol minuman bekal mencari rejeki pada mereka yang mau peduli
Mungkin pagi ini kita masih bisa merasakan lezatnya nasi goreng buatan Bunda
Mungkin pagi ini kita masih bisa menikmati segelas susu segar
Mungkin pagi ini kita masih bisa menikmati gurih manisnya buah yang menyegarkan tenggorokan kita
Dan mungkin pagi ini kita masih bisa merasakan kecupan Sang Bunda dan Ayah yang lembut
Juga uang saku yang selalu menghampiri kantong baju sekolah kita
Atau mungkin kita masih bisa mendengarkan mereka berkata “belajar yang baik yah nak”
Atau mungkinkah kita masih bisa merasakan bangku sekolah dan masih bisa mengenal Sang Guru
Ataukah masih bisa merasakan canda dan tawa bersama teman- teman sekolah masa remaja
Kita masih bisa menikmatinya
Tapi bagaimana dengan mereka yang disana?
Yang di kolong jembatan itu?yang sedari pagi harus berjualan Koran?mereka siapa sebenarnya?
Apakah mereka hanya serpihan- serpihan luka dari para koruptor
Hati mereka tersayat oleh keadaan yang memaksa
Mereka adalah orang- orang yang ingin juga merasakan lezatnya makanan restoran
Gurihnya ayam goreng KFC
Manisnya donat MC Donals
Dan nikmatnya bershoping ria di Mall dengan seribu belanjaan
Mungkinkah mereka akan seperti itu di tahun berikutnya?
Mungkinkah mereka masih menyalahkan diri padahal itu bukan ulah mereka
Mungkinkah mereka akan mengadu pada Tuhan
Dan bilang mereka yang di atas akankah selalu di atas?
Mereka bertanya dalam keheningan malam
Khusyuk lewat doa mereka
Untuk sang Mahkota yang selalu menduduki tahta kerajaan
Dengarkan mereka merayu TUHAN dalam keheningan malam
Hingga mereka berdoa kembali dengan kalimat yang syahdu
Di susut bibir mereka yang beku
Mereka adalah rakyat- rakyatmu yang tak berdosa
Oleh kebiadaban zaman yang sudah bobrok
Ketika itu aku menerima kabar di pagi hari
Ada surat kecil entah dari mana datangnya
Akan datang kabar pagi hari yang tak seperti pagi sebelumnya
Pangkep, 3 Februari 2010
Munjiyah Dirga Ghazali